Federasi Akuntan Internasional (IFAC) adalah organisasi global bagi
profesi akuntansi. IFAC memiliki 167 anggota dan asosiasi di 127 negara
dan yurisdiksi, yang mewakili lebih dari 2,5 juta akuntan dipekerjakan
dalam praktek umum, industri dan perdagangan, pemerintah, dan akademisi.
Organisasi, melalui Dewan penetapan standar yang independen, menetapkan
standar internasional tentang etika, audit dan jaminan, pendidikan
akuntansi, dan akuntansi sektor publik. Hal ini juga mengeluarkan
panduan untuk mendorong kinerja berkualitas tinggi dengan akuntan
profesional dalam bisnis. Didirikan pada tahun 1977, IFAC merayakan
ulang tahun ke 30 pada tahun 2007.
Untuk memastikan kegiatan IFAC dan badan pengaturan independen
standar yang didukung oleh IFAC responsif terhadap kepentingan publik,
sebuah Public Interest Oversight Board (PIOB) didirikan pada Februari
2005.
IFAC dan anggotanya bekerjasama untuk mengembangkan IFACnet, yang
diluncurkan pada tanggal 2 Oktober 2006. IFACnet menyediakan akuntan
profesional di seluruh dunia dengan one-stop acces untuk berbagai sumber
, termasuk bimbingan praktek yang baik, artikel, dan alat-alat dan
teknik.Di antara inisiatif utama IFAC adalah penyelenggaraan Kongres
Akuntan Dunia.
Tidak banyak orang yang memahami bahwa International Accounting
Standard Board (IASB) adalah sebuah perusahaan yang didirikan di
Amerika Serikat pada tahun 2001, walaupun saat ini berkantorpusat di
London. IASB bukanlah semacam asosiasi seperti IFAC (International
Federation of Accountants) atau PBB namun murni seperti layaknya suatu
perusahaan swasta. Sebaliknya, lembaga cikal bakal IASB yakni IASC
(International Accounting Standard Committee) adalah semacam perkumpulan
dari penyusun standar setiap negara yang mendapatkan legitimasi dari
IFAC. Namun pada tahun 2001 diputuskan bahwa penyusun standar akuntansi
internasional haruslah independen, bahkan juga harus independen dari
profesi akuntan itu sendiri. Dalam rapat anggota IFAC bulan May 2000,
negara-negara anggota IFAC secara aklamasi menyetujui restrukturisasi
IASC menjadi perusahaan dan terpisah sepenuhnya dari IFAC.
Dengan pendapatan kurang dari 23 juta poundsterling (2010) atau hanya
sekitar 320 milyar rupiah setahun, IASB menjadi dewan superpower yang
sangat berpengaruh. Anggaran ini misalnya lebih kecil daripada penjualan
PT. Mustika Ratu Tbk yang berjualan kosmetik
(dibandingkan berjualan standar akuntansi internasional) pada tahun
2010. Beberapa pengamat yang sinis terhadap IASB berkomentar, “Bagaimana
mungkin ‘perusahaan’ dengan anggaran sekecil itu memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap negara-negara di seluruh dunia.”
Walaupun pendapatan IASB dari donasi meningkat terus sejak tahun 2007,
namun IASB selalu defisit setiap tahun. Defisit anggaran IASB pada tahun
2009 dan 2010 sangat mencemaskan. Arus kas dari operasi pada tahun 2009
misalnya mengalami arus kas negatif sampai 3.2 juta poundsterling.
Total donasi tahun 2010 lebih mencemaskan lagi karena hampir sama dengan
tahun 2009 alias tidak ada peningkatan. Hal ini tentunya cukup
memalukan karena niat dari para pendiri IASB sepuluh tahun lalu adalah
untuk menggalang “dana abadi” sebesar 50-60 juta poundsterling.
Jangankan aset neto sebesar 50 juta pounds bahkan sejak tahun 2008 untuk
pertama kalinya sejak IASB berdiri tahun 2002, aset neto IASB berada
dibawah level 10 juta pounds.
Sehingga wajar apabila semua anggota IFRS Trustee (semacam dewan
komisaris yang mengawasi IASB) sangat giat untuk meningkatkan donasi ke
IASB, terutama dari negara-negara yang menyatakan sedang berkonvergensi
dengan IFRS. Indonesia sebagai salah satu negara yang mulai diperhatikan
oleh IASB tidak luput dari incaran. Sudah lama IAI dibujuk IFRS
Foundation untuk membayar royalti atas penggunaan IFRS sebagai nara
sumber penyusunan standar.
Kenyatannya memang cukup memalukan bahwa Indonesia tidak termasuk dalam
salah satu negara donatur IASB. Bahkan negara kecil seperti Kazakhtan
dan Bulgaria memberikan sumbangan. Negara-negara besar lainnya seperti
Jepang, China, Australia, Amerika Serikat dan UK bahkan menjadi donatur
tetap sejak IASB berdiri tahun 2002. Jepang menjadi donatur terbesar
dari Asia Oceania (lihat tabel 3), hampir sama dengan Amerika Serikat.
Hasilnya dapat ditebak, selalu saja ada perwakilan dari Jepang di dalam
IASB, IFRS Trustee, maupun IFRS Advisory Council.
IASB boleh saja beragurmen bahwa Jepang adalah negara penting sehingga
layak duduk disemua dewan IFRS Foundation. Namun bila seandainya Jepang
bukan donatur besar IASB, apakah Jepang akan tetap mendapatkan perhatian
yang sama? Sejak tahun 2005 misalnya IASB melakukan rapat setahun dua
kali dengan ASBJ (Accounting Standard Board of Japan), baik di Tokyo
maupun di London. Bahkan pada tahun 2010, IASB memutuskan untuk membuka
kantor perwakilan IASB untuk Asia di Tokyo, mengapa bukan di Singapore
atau Kuala Lumpur (saya tidak berani mengatakan Jakarta). Bila memang
niat IASB murni membantu negara-negara berkembang seperti Kamboja,
Vietnam, Bangladesh, Thailand, Myanmar dalam mengadopsi IFRS, tidak kah
lebih masuk akal bila kantor tersebut didirikan di Asia Tenggara, dan
bukan di Tokyo sebagai salah satu kota termahal di dunia.
Haruskan Indonesia menjadi Donatur?
Pada tahun 2011 lalu IFRS Trustee telah mengirimkan surat kepada wakil
presiden RI untuk membujuk Indonesia memberikan kontribusi ke IFRS
Foundation. Anggota IFRS trustee dari Australia, Jeffrey Lucy, sangat
terkesan atas pidato wakil presiden Boediono yang mendukung proses
konvergensi IFRS di Bali pada bulan Mei 2011 dalam acara IFRS Regional
Policy Forum yang dihadiri oleh anggota IASB dan penyusun standar dari
berbagai negara.
Memang IFRS Foundation dan IASB tidak akan memberikan sanksi kepada
Indonesia bila memutuskan tidak akan mengeluarkan sumbangan kepada IASB.
Indonesia juga terlalu besar untuk dikucilkan dari perhatian IASB. Bisa
saja Indonesia tidak memberikan sepeserpun kepada IASB, toh IASB juga
membutuhkan Indonesia (sebagai negara terbesar di Asia Tenggara dan
anggota G20), untuk mengadopsi IFRS.
Namun absennya Indonesia sebagai donatur memberikan beban yang luar
biasa kepada ketua DSAK di forum-forum internasional. Bayangkan perasaan
malu Rosita Uli Sinaga (ketua DSAK-IAI) setelah pidato mempromosikan
perkembangan Indonesia yang semakin konvergen dengan IFRS dalam rapat
dengan IASB, kemudian ditanya oleh IFRS trustee kapan Indonesia akan
menjadi donatur tetap IASB. Setiap ada standar IFRS baru, anggota IASB
rajin melakukan ‘public hearing’ di Singapore yang hanya sejengkal dari
Jakarta. Setiap ke Singapore, biasanya juga mereka mampir di Kuala
Lumpur. Bank sentral Malaysia dan Singapore adalah donatur tetap IASB
sejak lama, Bank Negara Malaysia dan Monetary Authority of Singapore
sudah menjadi donatur IASB sejak tahun 2002.
Kontribusi Indonesia ke IASB: Tanggungjawab Siapa?
Siapa yang bertanggungjawab mengeluarkan uang untuk kontribusi Indonesia
ke IASB? Adilkah bila tanggungjawab itu dipikul sendirian oleh Ikatan
Akuntan Indonesia yang selama ini sudah melakukan konvergensi IFRS tanpa
sumbangan finansial dari pemerintah? IAI harus bekerja keras menjadi
“sustainable” dengan memberikan training, seminar, dan sebagainya untuk
membiayai proses konvergensi ini. Penulis mungkin bias dalam hal ini
karena memiliki ikatan emosional yang kental dengan Ikatan Akuntan
Indonesia, tapi mari kita lirik bagaimana negara-negara lain
mengorganisasikan donasinya ke IASB.
Sangat menarik bila memperhatikan yang dilakukan oleh Korea dan Jepang.
KASB (Korean Accounting Standard Board) sejak tahun 2007 melakukan
penggalangan dana di kalangan perusahaan Korea untuk memberikan
kontribusi ke IASB. Nama-nama donatur perusahaan korea tersebut kemudian
dipajang di situs KASB. Jepang sudah lebih awal lagi menggalang dana
dari kalangan perusahaan terdaftar di Jepang. Hal ini tentunya kemudian
tidak menutup perusahaan swasta negara manapun melakukan donasi langsung
ke IASB. Kontribusi dari China misalnya sangat beragam mulai dari
Departemen Keuangan, bank sentral, perusahaan minyak nasional, sampai ke
perusahaan manufaktur.
Bagaimana sebaiknya dengan Indonesia? Donasi ke IASB dapat dimulai dari
lembaga-lembaga pemerintah dan juga perusahaan swasta. Bank Indonesia
sebagai salah satu regulator di Indonesia sangat sesuai untuk menjadi
donatur IASB karena PSAK 50 dan PSAK 55 yang diadopsi dari IFRS telah
digunakan sejak tahun 2010. Bapepam LK, BEI (Bursa Efek Indonesia) juga
selayaknya menjadi donatur IASB karena menjadi pihak yang akan memetik
manfaat masa depan dari konvergensi IFRS ini.
Perusahaan-perusahaan besar seperti PT. Telkom Indonesia yang
bersemangat mengadopsi secara penuh IFRS juga sepantasnya menjadi
donatur. Jangan mau kalah dengan China Telecom limited dan SK Telecom
Korea yang telah lebih dulu menjadi donatur IASB. Apalagi sumbangan
kedua perusahaan itu hanya sekitar 25,000 poundsterling setahun, jumlah
yang tidak terlalu signifikan. . PT. Pertamina Persero juga sangat mampu
untuk menjadi donatur IASB, memantaskan diri dengan CNOOC (China Oil),
S-Oil (Korea) yang sudah lebih dulu menjadi donatur.
Ikatan Akuntan Indonesia juga harus ‘legowo’ bila mungkin banyak pihak
yang menyumbang ke IASB namun tidak menyumbang ke IAI untuk proses
konvergensi IFRS. IAI dapat berperan dengan memulai inisiatif untuk
mengumpulkan donasi ini seperti yang dilakukan oleh KASB. Atau
setidaknya bila IAI tidak mau direpotkan sebagai administrator, kirimkan
surat himbauan kepada perusahaan-perusahaan agar mereka menyumbang
langsung ke IASB. Sudah saatnya nama Indonesia tercantum dalam laporan
tahunan IASB sebagai donatur, sejajar dengan negara lainnya. Tidak
penting darimana asalnya sumbangan tersebut, pemerintah maupun swasta,
namun bila kita ingin diakui sebagai negara pengguna IFRS dan lebih
dekat dengan IASB, Indonesia harus ada dalam daftar donatur.
Kelak ketua DSAK dapat tampil lebih percaya diri mewakili kepentingan
Indonesia dalam rapat-rapat bersama IASB. Ini masalah harga diri
bangsa. IASB boleh mengklaim dirinya independen, bersih dari kepentingan
politik namun jangan naïf dan berfikir bahwa posisi-posisi di dalam
IASB tidak dipengaruhi oleh besarnya donasi suatu institusi/negara. .
Ingat bahwa IFRS Foundation adalah suatu perusahaan, bukan arena
kumpul-kumpul di mana semua negara duduk sama tinggi. Dan layaknya suatu
perusahaan, apalagi yang rapor arus kasnya merah bertahun-tahun, money
does matter.
Sumber
http://ersatriwahyuni.blogspot.com/2012/04/kontribusi-indonesia-ke-iasb-tanggung.html
https://aristasefree.wordpress.com/tag/ifac-international-federation-of-accountants/
Translate
Jumat, 28 Maret 2014
Ketentuan Pelaporan Keuangan Bagi Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Dunia
Untuk kepentingan analisis
keuangan, tidak hanya diperlukan untuk menyadari perbedaan akuntansi
internasional tetapi juga mampu menilai dampaknya pada aktiva dan
pendapatan serta indikator utama dan perbandingan yang saling terlibat.
Sebagai contoh: Earning Per Share,
Return On Equity, Leverage (gearing),dan sebagainya. Dalam
pelaksanaanya, kita akan melilhat dampak atas perbedaan di dalam
prinsip-prinsip akuntansi di seluruh dunia dengan refensi khusus pada
suatu pilihan dari negara-negara besar.
STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Berdasarkan penelitian Akuntasi Internasional Amerika Serikat tentang proyek penghasilan financial berfokuskan pada bentuk dan isi. Klasifikasi dan agregasi serta spesifikasi hal-hal tertentu serta laporan keuangan
atau anggaran biaya tahunan. Laporan keuangan didasarkan pada jumlah
ukuran pendapatan serta perlu adanya pemahaman terhadap kunci ukuran
finansial dan rasio yang berasal dari laporan keuangan.
PERBEDAAN AKUNTANSI INTERNASIONAL DAN ANALISIS PERNYATAAN KEUANGAN
Sejalan dengan perkembangan bisnis dan pasar keuangan yang semakin
meningkat secara internasional, perbedaan dalam akuntansi internasional
pun menjadi lebih penting dari sudut pandang analisis pernyataan
keuangan internsaional. Perbedaan akuntansi internasional berdampak
pada penilaian atas laba dan arus kas dimasa yang akan datang.
Penilaian/penaksiran ini penting untuk portofolio investor dalam membuat penilaian atas saham mereka. Hal ini juga penting untuk perhatian perusahaan dengan foreign direct investment
(FDI)/investasi asing langsung, yang melibatkan penaksiran dari
akuisisi potensial dan partisipasi ventura gabungan atau meningkatnya
modal dari perusahaan yang terdaftar pada pasar saham asing. Jumlah
yang bertambah dari perusahaan yang terdaftar dalam bursa saham
internasional, dengan bursa efek London yang sudah diambil alih oleh
bursa efek New York sebagai bursa efek yang paling populer,dan banyak
lagi bursa saham yang terus berkembang. Sebagai tambahan telah ada satu
peningkatan dramatis dalam kemunculan pasar modal dan kompetisi untuk
investasi internasional
Perbedaan akuntansi internasional membawa sejumlah permasalahan dari
sudut pandang analisis keuangan. Pertama, dalam mencoba untuk menilai
perusahaan asing, ada suatu kecenderungan untuk melihat laba dan data
keuangan lain dari sebuah perspektif dalam negeri, dan oleh karenanya
ada suatu masalah dari melewatkan efek atas perbedaan akuntansi. Kecuali
perbedaan signifikan yang diambil ke dalam akun, mungkin dengan
beberapa keterlibatan pernyataan ulang, ini mungkin mempunyai
konsekuensi yang sangat serius.
Kedua, kesadaran dari perbedaan internasional menyarankan perlunya
untuk menjadi familiar dengan prinsip akuntansi negara asing sebagai
tujuan untuk mengenal lebih baik data pendapatan dalam konteks
pengukuran. Ketiga,isu tentang perbandingan internasional dan
harmonisasi akuntansi menjadi sorotan dalam konteks. Dalam hal ini,
Choi dan Levich (1991) menyediakan kerangka kerja yang berguna untuk
menganalisa dampak dan relevansi dari perbedaan dalam kemiripan dan ke
tidak miripan lingkungan ekonomi. Dalam lingkungan atau situasi
akuntansi yang mirip, perbedaan akuntansinya adalah ketidak logisan dan
petunjuk ke arah hasil yang tidak bisa dibandingkan. Praktik logikal
menyarankan perlakuan akuntansi yang mirip/sama. Ketika lingkungan
ekonomi tidak sama, tetapi, seperti kasus investasi internasional,
perbedaan akuntansi bisa dibenarkan, khususnya dimana letak ketidak
samaan itu ada di peraturan perusahaan, peraturan pajak, sumber
keuangan, kebiasaan bisnis, kebudayaan akuntansi dan seterusnya. Disisi
lain perlakuan akuntansi serupa mungkin dapat dipertimbangkan saat
seperti factor berarti sama. Pentingnya pemahaman factor lingkungan dan
budaya begitu ditekankan.
PERBEDAAN UTAMA DALAM PRINSIP AKUNTANSI DI SELURUH DUNIA
Adanya perbedaan akuntansi di seluruh dunia sudah tidak diragukan
lagi cukup signifikan untuk membuat pekerjaan dari analis keuangan
sangat sulit dalam periode pembuatan perbandingan internasional.
Jika sekarang kita fokus pada beberapa pengukuran kunci dalam
pemilihan beberapa negara besar seperti AS, Uni Eropa (termasuk di
dalamnya Inggris, Belanda, Prancis dan Jerman), Brasil, Swiss, China
dan Jepang, kita bisa melihat variasi dari prinsip akuntansu yang
digunakan bisa berpengaruh berbeda terhadap pendapatan dan aset.
Akuntansi depresiasi di AS dan Uni Eropa, khususnya di Inggris
didasarkan pada konsep dari nilai guna umur ekonomi, dimana di negara
lain seperti Prancis, Jerman, Swiss dan Jepang, peraturan perpajakan
secara umum mendorong metode yang lebih cepat.
Pengukuran persediaan secara umum didasarkan pada prinsip "lower of
cost and market" tetapi dengan beberapa variasi dalam penaksiran arti
dari pasar, itu adalah, "net realizable value" atau biaya pengganti.
LIFO juga kadang kali diijinkan untuk tujuan pajak (sebagai contohnya
Jepang dan AS), tetapi lebih sering tidak (contohnya Uni Eropa).
Kontruksi kontrak diakuntansikan secara umum menggunakan metode
"percentage-of-completion". Tetapi metode kontrak lengkap yang lebih
konservatif digunakan di Swiss, Cina dan Jerman.
Biaya bagian penelitian dan pengembangan/Research and Development
(R&D) biasanya dikeluarkan lebih cepat di negara Anglo-Amerika dan
Jerman. Meskipun I Brasil pendekatan yang lebih fleksibel telah
diadopsi secara umum. Pendekatan yang serba memperbolehkan juga
diadopsi secara umum ke arah kapitalisasi biaya peminjaman dari aset.
Perlakuan dari keuntungan pensiun juga diakuntasikan secara umum
atas basis yang bertambah/ atau proyeks keuntungan yang akan dibayarkan
kepada karyawan, kontras dengan Brasil dan Cina yang menggunakan
metode sebaliknya.
Perlakuan terhadap perpajakan adalah area utama dari perbedaan
pengukuran pendapatan akuntansi menjadi dipengaruhi secara kuat oleh
peraturan pajak di Prancis, Jerman, Swiss, dan Brasil.
Perlakuan dari kombinasi bisnis di seluruh dunia bervariasi
tergantung pada kurang atau lebihnya metode "pooling-of-interest" atau
kumpulan kepentingan, metode ini dijadikan persyaratan atau diijinkan
tergantung pada keadaan tertentu. Tetapi metode pembelian juga
dibutuhkan secara umum. Di Brasil, Cina dan Jepang metode amortisasi
diperlukan dan kontras dengan AS dan Inggris, dimana mertode amortisasi
tidak diperlukan tetapi dilakukan tes kelayakan.
Berkaitan dengan goodwill, hal-hal lain seperti merk, hak
publikasi, dan paten, yang secara umum dikapitaslisasi, kecuali di
Swiss, tetapi subjek biasanya diamortisasi, jika tidak maka diadakan
tes kelayakan.
Akhirnya,
hal-hal yang berkaitan dengan translasi mata uang asing adalah penting
dalam tujuannya untuk mendapatkan pengukuran untuk memilih antara
average atau closing rate. Disini, spertinya ada beberapa fleksibilitas
secara umu, dengan kurs aktual ataupun kurs rata-rata.
Meskipun adanya pertumbuhan kekhawatiran terhadap perbedaan prinsip
pengukurann dan praktiknya secara internasional, kurang lebih yang
diketahui tentang dampak keseluruhan dari perbedaan akuntansu atas
pendapatan dan ekuitas pemegang saham. Meskipun begitu, perbedaan
kepada berbagai aspek pengukuran akuntansi mungkin telah dikompensasi
satu sama lain agar secara luas dampak keseluruhannya tidak terlalu
signifikan. Pertanyaan pentingnya adalah apakah perbedaan akuntasnsi
secara sistematis berdampak terhadap pengukuran pendapatan, dengan kata
lain, apakah perbedaan ini sangat berarti?
Meskipun telah dilakukan riset yang sangat terbatas mengenai dampak
kuantitatif dari perbedaan akuntansi internasional, ada bukti kuat
antara hubungan prinsip akuntansi di AS dengan Inggris, beberapa negara
Uni Eropa, dan Jepang.
DAMPAK PERBEDAAN AKUNTANSI AMERIKA SERIKAT DENGAN INGGRIS: SUATU ANALISIS KUANTITATIF
Penguaan
GAAP Amerika Serikat sebagai suatu ukuran, maka dapat dilihat sebagai
suatu penilaian hubungan antara pelaporan laba dibawah GAAP inggris dan
pelaporan laba GAAP Inggris yang disesuaikan dengan GAAP Amerika
Serikat.
Indeks konservatisme dapat dihitung, seperti ditunjukan oleh Grey (1980), menggunakan rumus sebagai berikut:
1 - [RA-RD]
RA = Laba setelah disesuaikan
RD = Laba
Partial index of conservation = 1 - [Parsial Adjusment]
Secara
ringkas, perbedaan antara praktek mengenai prinsip-prinsip akuntansi
Amerika Serikat dan Inggris lebih sedikit konservatif atau Amerika
Serikat memiliki dampak yang jauh lebih kuantitatif atass suatu laba
yang berkaitan. Walaupun hal itu bertentangan dengan dengan kekuatan
yang diharapkan dari dua Negara utama Anglo-Amerika tersebut dengan
tradisi akuntansi serupa, suatu pertanyaan penting namun menunjukkan.
SUATU PERSPEKTIF GLOBAL ATAS PENGUKURAN LABA
Bukti
yang tersedia menghendaki bahwa pendapatan yang telah diukur sesuai
dengan prinsip atau dasar akuntansi Inggris secara sistematis selalu
lebih tinggi atau sedikit konservatif daripada pendapatan yang telah
diukur dengan dasar atau prinsip Amerika Serikat. Namun apa yang kita
ketahui tentang pengaruh kuat yang relative dari dasar atau prinsip
akuntansi Anglo – Amerika tentang pendapatan yang berbandingdengan yang
ada pada benua Eropa dan Jepang.
Benua Eropa
Pentingnya
pemahaman bagaimana perbedaan akuntansi dapat mempengaruhi penafsiran
akun perusahaan dieropa telah ditekankan lagi baru-baru ini. Namun
secara keseluruhan mempengaruhi pengaruh terhadap laba. Usaha awal untuk
mengukurnya dalam praktek, dampak prinsip akuntansi di prancis dan
prinsip-prinsip akuntansi jerman dibandingkan dengan prinsip-prinsip
akuntansi inggris telah dilakukan oleh Gray (1980) dalam suatu studi
empiris perusahaan untuk periode 1972-1975. Weetman dan Gray (1991)
menguji dampak perbedaan akuntasi atas laba. Prakteknya di Belanda,
Swedia, dan Inggris. Dari hasil penelitian cenderung mengatakan bahwa
Belanda memiliki tingkat konservatifme yang rebih rendah, meskipun tidak
seekstrim di Inggris dan Swedia yang cenderung mengharapkan untuk
lebih konsrvatif dibandingkan GAAP Amerika Serikat.
Jepang
Data pada tingkat kerja sama tentang pengaruh perbedaan GAAP
Jepang/ Amerika Serikat sebelum dipastikan atau belum diperoleh karena
banyak perusahaan di Jepang yang terdaftar dalam laporan Amerika
Serikat sesuai dengan GAAP Amerika Serikat. Akan tetapi menrut
penelitian oleh Cooke pada tahun 1993 dan ia telah menyediakan beberapa
bukti kasus menarik untuk ditampilkan secara relative "konservatif"
menurut ukuran pendekatan dan perolehan atau pendapatan Amerika
Serikat.
PERBANDINGAN ANALISIS GLOBAL
Secara
keseluruhan inggris lebih sedikit konservatif disbanding negara-negara
lain. Negara-negara di benua eropa, disisi lain secara bersama-sama
didalam suatu kelompok yang lebih konservatif dibandingkan dengan
amerika serikat.
Saran ini
penting bagi pendekata yang berbeda untuk pengukuran akuntansi yang
mungkin berlaku disamping usaha penyelarasan internasional yang
dilanjutkan untuk mencapai ha yang dapat dibandingkan secara global.
PERBANDINGAN AKUNTANSI INTERNASIONAL DAN PASAR MODAL
Pentingnya perbedaan pengukuran permasalahan internasional untuk
analisis keuangan yang terkait dengan penyelarasan internasional. Ada
satu pertanyaan penting mengenai bagaiana harga saham bereaks pada
laba yang dihitung menggunakan GAAP. Meek (1983) menunjukkan bahwa
harga saham di Amerika Serikat bereaksi untuk pendapatan asing dalam
GAAP. Penelitian dari Pope dan Rees(1992) menunjukkan bahwa korporasi
Inggris yang terdaftar di Amerika Serikat dan juga pelaporan
menggunakan GAAP Amerika Serikat menjelaskan kekuatan kenaikan yang
signifikan dari informasi penyesuaian pendapatan oleh GAPP Amerika
Serikat.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN PENGUKURAN
Pertimbangan
untuk perbedaan pengukuran dapat ditemukan dalam lingkungan dan factor
budaya yang mempengaruhi prinsip akuntansi di suatu negara. Di Amerika
Serikat dan Inggris, pasar modal merupakan suatu pengaruh yang dominan
dengan kebutuhan informasi investor memberikan harapan kepada suatu
harapan yang lebih optimis terhadap laba dan karena itu harga saham
menjadi lebih tinggi. pada waktu yang sama prinsip-prinsip akuntansi
secara relatif fleksibel, profesi akuntansi secara relatif tidak
terikat pada pemerintah, aturan pajak hanya mempunyai pengaruh terbatas
atas praktek akuntansi. Dasar nilai-nilai kebudayaan cenderung
memotivasi dan menguatkan kekurangan pendekatan konservatif untuk
pengukuran secara keseluruhan.
Di benua Eropa dan Jepang perpajakan dan sumber keuangan lainnya
secara relatif lebih berpengaruh dibandingkan pasar modal .
Negara-negara ini mempunyai suatu tradisi Kitab Undang-Undang Hukum dan
Rencana Akuntansi. Secara umum, otorisasi pajak memungkinkan pajak
hanya bertujuan kepada materi tersebut untuk pembebanan akun dan untuk
pendapatan pajak ketika melaporkan akun tersebut. Ini cenderung
mendorong ke arah aplikasi prinsip akuntansi yang konservatif untuk
melaporkan rendahnya laba untuk tujuan perpajakan. Sebagai tambahan
materi kreditur dan pnjaman keuangan sehubungan hak kekayaan memberikan
suatu pengaruuh konservatif lebih lanjut di dalam menurunkan laba
untuk meningkatkan minat kreditur dan pemilik dana vis-a-vis
pemegang saham. Dengan demikian, para pemakai laporan keuangan di
negara-negara tersebut mungkinnlebih terkait dengan neraca dibandingkan
informasi ikhtisar laba rugi yang semakin konservatif. Black and White
(2003) menemukan bahwa informasi neraca etrsebut memiliki nilai yang
lebih relevan dibanding informasi ikhtisar laba rugi di Jerman dan
Jepang.
KONVERGENSI AKUNTANSI GLOBAL
Alasan utama untuk mengembangkan standar internasional adalah
menentukan tingkat perbandingan untuk membantu investor untuk membuat
keputusan dengan mengurangi biaya perusahaan multinasional dalam
menyiapkan beberapa norma dan pelaporannya. IASB memainkan suatu peran
utama di dalam mengkoordinir dan menyelaraskan aktifitas keterlibatan
para agen dalam menenukan akuntansi dan norma pelaporannya. Standar
IASB juga diharapkan untuk menyediakan suatu model yang bermanfaat bagi
negara berkembang untuk menetapkan standar akuntansi pertama kali.
Pada awalnya standar internasional telah dikembangkan lebih
fleksibel substansial untuk menagomodasikan minat nasional yang
berbeda, tetapi sejak itu telah muncul tekanan untuk mengembangkan
standar yang lebih seragam untuk memudahkan cross-border modal yang meningkat dan pasar bursa yang terdafar.
Suatu inti program yang baku untuk mempromosikan pengembangan
tentang keseragaman standar yang lebih berkualitas telah diaktifkan
korporasi dengan organisasi internasional komisi pengawasan terhadap
surat-surat berharga (IOSCO) dan telah diselesaikan pada tahun 1998.
IASB berharap agar pengesahan IOSCO akanmendorong ke arah suatu
pengenalan yang lebih besar tentang norma pelaporan keuangan
internasional dan promosi pemusatan global.
Suatu pertumbuhan jumlah perusahaan juga merupakan pilihan utama
mengikuti standar internasional, meskipun deminkian, pemenuhan tidaklah
selalu sebagai hal yang menyeluruh dalam praktek ketika diklaim. Tahun
2005 negara-negara Uni Eropa sudah memutuskan untuk menyetujui standar
internasional untuk laporan keuangan oleh semua perusahaan yang
terdaftar.Referensi
http://warta-ekonomi.blogspot.com/2010/10/analisis-laporan-keuangan-internasional.html
Langganan:
Postingan (Atom)