Novel Cerita Bodor Siswa Aktif
Sebenarnya, aku cukup
lama kenal sama Anto, tapi baru kali ini aja punya waktu berduaan. Lama-lama,
kayaknya kita bisa cocok bahkan melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Ada
hal yang menarik dari diri Anto.
Selama kenal dia [dan
diam-diam meneliti perilaku teman-teman sekelas] sebenarnya dia termasuk
ke dalam kasta orang yang termaginalkan, tersisihkan, dan tertindas. Rada heran
juga dia sekarang baik bener. Harusnya, dia membenci atau bahkan mensyukuri
kesengsaraan diriku ini. Gimana gak. Dalam satu minggu, dia yang paling sering
digangguin, dijadiin bahan ketawaan, dan lain sebagainya. Si Anto lama-lama
bisa jadi Vijay Singh (1).
Orang-orang (termasuk
aku) hobi banget ngasih nickname asal buat si Anto. Misalkan,
Anto biadab, Anto = anak tolol, Anto bodoh, dan lain sebagainya. Gak cuman
penindasan nama baik, penindasan fisik pun dia sering terima. Kayak
keseringannya dia dipukilin (maksudnya sih becanda) cuman gara-gara salah
ngomong (dengan maksud Anto, becanda juga).
"Ada yang tau
istilah sarkofagus(2)?" waktu itu Pak Guru Sejarah bertanya, setelah
setengah jam menerangkan pelajaran kepada para murid, yang direspon dengan
uapan (maksudnya menguap) dan rasa bosan tingkat tinggi. Bahkan disinyalir
sampai menimbulkan sindrom seringnya-permisi-mau-ke-belakang-Pak.
Tanpa mengacungkan
tangan, si Anto nyeletuk dari bangku belakang "Tempat dayang-dayang
bersemayam." Suasan menjadi cair!
Kebanyakan orang,
tanpa instruksi apa-apa, langsung bergerak ke bangku si Anto [dia duduk
sendirian] untuk sekedar menjitak, menjambak rambut, bahkan memukul
(meskipun maksudnya becanda) dan yang cewek menimpuk pake kertas. Aku pun sama
si Budi sempet-sempetnya [dari bangku jajaran depan] ikut
mengigit kakinya (?). (Padahal kita gak tahu kenapa kita harus melakukan itu)
"Hey. Hey. Kalian
apa-apaan." Pak Mar langsung meredakan suasana.
Anak-anak biadab (including
me) langsung kembali duduk ke bangku masing-masing sambil ketawa-tawa.
Terhibur. Si Anto cuman nyengir sambil merapihkan bajunya yang kusut. (Aku
cuman gak habis pikir. Di tiap kelas di sekolahan, di mana pun itu, pasti ada
aja orang yang termasuk spesies si Anto, bener gak?)
(1) Seorang anak
berumur 13 tahun. Korban penindasan teman-teman sekolahannya, yang menggantung
diri pada pegangan tangga di rumahnya. Berikut catatan terakhir dari buku
harian sang korban. Senin: uangku diambil. Selasa: namaku diolok-olok. Rabu:
seragamku dirobek-robek. Kamis: tubuhku bersumbah darah. Jumat: semua berakhir.
Sabtu: kebebasan. *dikutip dari bukuPenindas, Tertindas, Dan Penonton,
karangan Barbara Colloroso
(2) Peti mati
purbakala
diambil dari buku
novel Cerita Bodor Siswa Aktif, Sonny Sonata, hal 70-71.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar